Setahun yang lalu tepatnya 27 Mei 2006 (hampir jam 6 pagi) Yogyakarta diguncang gempa dasyat. Gempa dengan kekuatan 5.9 skala richter tersebut memporak-porandakan Bantul dan Klaten, sedangkan daerah lain kerusakannya relatif lebih kecil.
Sebelum gempa terjadi, saya kebetulan sudah bangun dan sedang main-main dengan PC di kost. Ketika gempa terjadi, saya langsung keluar dari kamar dan berpegangan pada tiang jemuran. Kebetulan lokasi kost saya disebelah utara dari kampus UGM, jadi sudah masuk daerah Sleman.
Kami (saya dan anak kost lain) tidak berfikir terlalu jauh dengan efek dari gempa tersebut. Itu karena disekitar kami tidak mengalami kerusakan yang berarti, paling barang-barang yang berjatuhan. Karena listrik padam seketika, maka kami mencoba mendengarkan informasi tentang gempa tersebut melalui radio (kebetulan ada yang mempunyai handphone yang ada radio-nya). Dari berita yang kami dengarkan, korban meninggal dirumah sakit mulai ada, dari angka puluhan, terus naik ke ratusan, dan terus naik.
Ketika itu, komunikasi menggunakan handphone sangat susah, telepon keluar maupun masuk susah sekali. SMS kadang-kadang bisa, kadang tidak. Harga pulsa isi ulang langsung naik, karena banyak yang membeli lebih dari satu.
Sekitar jam 8 pagi, terjadi gempa susulan yang cukup besar (terasa sekali) tetapi tidak sebesar sebelumnya. Ketika kami keluar dari kost untuk melihat sekeliling, tersiar kabar ada tsunami. Air bah tersebut sudah sampai di Jl Parangtritis. Sebagian orang ada yang percaya dan ada yang tidak percaya. Untuk membuktikan kebenaran kabar tersebut, beberapa orang naik ke tower BTS yang tinggi dan melihat kearah selatan. Orang-orang tersebut mengatakan tidak ada apa-apa(air maksudnya) diselatan.
Setelah itu, saya berangkat ke kantor. Sampai di kantor, ternyata tidak ada orang (hanya satpam saja). Ya sudah, saya pergi ke tempat sodara-sodara untuk mengecek keadaan. Ternyata ditempat sodara tidak terjadi kerusakan yang berarti.
Banyak orang yang saya temui trauma dengan gempa tersebut. Padahal ditempat mereka tidak mengalami kerusakan yang berat. Bagaimana dengan korban gempa di Bantul & Klaten ya? Tentunya mereka sangat trauma.
Sekarang, sudah setahun peristiwa tersebut berlalu. Tentunya bagi orang-orang yang merasakan langsung dan sekaligus menjadi korban peristiwa tersebut tidak pernah terlupakan. Tetapi hidup harus tetap berjalan, jangan karena peristiwa tersebut membuat kita pesimis. Optimis & tawakal menjadi pilihan yang lebih baik.
“Ketika gempa terjadi, saya langsung keluar dari kamar dan berpegangan pada tiang jemuran.”
Bentar.. bukannya rata2 tiang jemuran di kost2an cuma kayu doang ditancepin ke tanah trus dijembrengi rafia? Atau kalo dah agak modern dikit kost2annya ya pake jemuran besi/aluminium yang bisa dilipat kaya rak anduk – but bigger? Tiang jemuran kost-an mu keren dong, bisa dipake buat perlindungan diri kala gempa. ^_^
Waduh… di tempatku tiang jemuran dari beton. Jadi cukup kuat untuk berpegangan.